Dewi “Bhatari” Sri (“Sang Hyang Manik Galih”) adalah Dewi Mertha sebagai sumber kemakmuran Ibu Pertiwi yang merupakan sakti dari Dewa Wisnu. Dengan kramaning sembah, Dewi Sri dipuja sebagai sumber dari kekayaan yang memiliki segala keindahan sebagai benih yang maha mengetahui. Dipuja di pelinggih merajan dengan Bhiseka Sri Sedana atau Limas Catu sebagai pemberi kemakmuran kepada umat manusia dan sebagai pelindung suburnya tanaman pangan yang di Bali juga disebut dengan Sang Hyang Maik Galih.
Dengan sebutan Dewi Danu, disembah sebagai penguasa air atau danau yang bertujuan untuk memohon keselamatan, kesuburan dalam bidang pertanian. Juga dinamai Dewi Laksmi yang dipuja sebagai dewi kemakmuran dan keseimbangan natural spiritual. Dahulu disebutkan dalam aliran kepercayaan agama hindu sekte waisnawa, Dewi Sri dipandang sebagai pemberi rejeki, kebahagiaan, dan kemakmuran.
Selain itu, ada juga tempat pemujaan lainya seperti halnya disebutkan Sthana Dewi Sri seperti Glebeg (jineng) atau lumbung yang digunakan untuk menyimpan hasil panen padi (gabah) yang ada di setiap keluarga. Dalam kitab Devi Bhagavata Purana (Skhanda IX) dalam kutipan majalah raditya, Keagungan Dewi Sri Dalam Purana, “Tangisan Dewi Sri di Abad Modern”, Dewi Sri yang dikenal dengan nama Sri-Laksmi sebagai pendamping dari Mahavisnu di dalam memelihara dunia ini, dan tanpa kehadiran Sri-Laksmi Dewa Visnu akan menjadi lemah.
Dewi Sri atau Sri-Laksmi sebagai ibu pertiwi akan memberikan segala kekayaan yang dimilikinya pada manusia untuk dapat hidup. Dengan kasih sayangnya seorang ibu akan memberikan anak-anaknya segala sesuatu yang dibutuhkan bukan atas dasar keinginan yang berlebihan. Veda melalui cerita itu sesungguhnya memberikan pemahaman pada manusia, bahwa tanah atau pertiwi merupakan unsur yang terpenting untuk dijaga, agar manusia dapat hidup di dunia ini. Pemujaan kepada Dewi Sri-Laksmi yang digambarkan dalam kitab Purana secara fundamental sebagai simbolisasi dari sebuah sikap bagaimana manusia hendaknya menjaga dan melestarikan alam agar tetap terjaga dan lestari. Pemujaan di dasari atas sikap bhakti (kasih sayang) kepada Dewi Sri-Laksmi dalam mitologi Purana dapat dimaknai pula agar manusia dengan kasih menjaga kesuburan tanah, terlebih tanah pertanian.Sebagai Dewi Kemakmuran, pemujaan kepada Bhatari Sri dirayakan pada saat soma ribek, hari senin / soma pon sinta. –sumber