TABANAN – Pura Goa Raja Taksaka berlokasi di Banjar Gerokgak Gede, Desa Delod Peken, Kecamatan/Kabupaten Tabanan mulai dikunjungi umat dan penekun spritual. Pura ini ditemukan tanpa sengaja oleh Mangku Rawet sekitar 1980. Bermula dari nasib naas Mangku Rawet yang terjatuh ke jurang di depan rumahnya. Jurang ini berkedalaman sekitar tujuh meter dan di sisi baratnya terdapat gua yang cukup besar. Anehnya, pada saat akan menyentuh dasar jurang, tubuh Mangku Rawet seakan ada yang menyangga. Rasa sakit tidak dirasakannya meski ia sempat pingsan.
Sesaat setelah tersadar, Mangku Rawet melihat-lihat kondisi di sekitar jurang tersebut. Merasa ada keajaiban dengan tidak ada rasa sakit dari terjatuhnya ke jurang, Mangku Rawet memberanikan diri memasuki goa. Saat itulah ia menyaksikan reruntuhan palinggih. Ia pun memutuskan makemit ditemani sang istri, Ni Wayan Putri. Pada saat melakukan pakemitan, Mangku Rawet merasakan kehadiran sosok orang bertubuh besar yang sekujur tubuhnya dipenuhi bulu. Saking besarnya ia tidak bisa melihat wajah sosok tersebut. Sementara sang istri merasakan nyaman dan damai.
Dua bulan setelah terjatuh ke jurang, Mangku Rawet kembali mendapat musibah. Kali ini mengalami kecelakaan hingga kakinya patah. Semalam sebelum kecelakaan ia bermimpi bertarung dengan sahabatnya. Akibat dari kecelakaan tadi, Mangku Rawet harus dirawat di Rumah Sakit Sanglah. Teringat dengan keberadaan reruntuhan palinggih di dalam goa, Mangku Istri kemudian tangkil dengan banten seadanya untuk memohon kesembuhan suaminya. Di hadapan reruntuhan palinggih ini Mangku Istri masesangi (berkaul). Apabila suaminya cepat sembuh maka ia dan suami akan memperbaiki reruntuhan palinggih tersebut dan siap menghaturkan pujawali setiap 210 hari sekali.
Mangku Rawet akhirnya sembuh total dan kaul untuk membangun palinggih di dalam goa pun ia bayar. Setelah pembangunan palinggih usai, dilanjutkan dengan upacara pemelaspasan atas biaya sendiri. Bersamaan dengan digelarnya pemelaspasan ini juga dilakukan prosesi nunas bawos untuk mengetahui yang berstana dan nama tempat tersebut. Hasilnya, diketahui yang berstana tiada lain Ida Ratu Biyang Sakti dan Ratu Niang Sakti. Sementara untuk nama tempat, Pura Goa Raja Taksaka. Terungkap pula Ida Sasuhunan yang berstana di Pura Goa Raja Taksaka ini berhubungan erat dengan Ida Sasuhunan yang berstana di Pura Goa Giri Putri Nusa Penida.
Usai prosesi nunas bawos berlangsung, Mangku Rawet dan istrinya melakukan prosesi pawintenan sebagai juru sapuhdi Pura Goa Raja Taksaka. Mangku Wayan Putri menjelaskan, jika ingin sembahyang ke pura ini, diawali dengan persembahyangan di palinggih Ratu Dalem Gumi di jaba sisi. Selanjutnya turun ke jurang untuk masuk ke dalam goa atau jeroan Pura Goa Raja Taksaka dan melakukan persembahyangan di Pura Beji. Letak beji masuk sekitar sepuluh meter ke dalam goa. Usai dari beji persembahyangan dilakukan di palinggih Ratu Lingsir di goa lainnya yang mengarah ke selatan dan di palinggih Ibu Dewi Kwam In. Terakhir persembahyangan di Palinggih Ageng.
Pura Goa Raja Taksaka mulai ramai dikunjungi umat dan penekun spiritual yang kebanyakan datang dari luar Tabanan, bahkan dari luar Bali. Pura Goa Raja Taksaka hanya diempon Mangku Rawet dan keluarga kecilnya. Pujawali setiap Buda Kliwon Gumbereg. gus –sumber