Tradisi Nyadegan untuk Mempererat Persaudaraan

BALI EXPRESS, NUSA PENIDA – Tradisi, adat dan budaya yang dimiliki Bali memang tak akan pernah habis untuk ditelusuri. Selalu ada keunikan disetiap sisinya. Seperti halnya tradisi Nyadegan di Desa Pekraman Batununggul, Nusa Penida, Klungkung.

Dari pantauan di lapangan, tradisi tersebut hampir sama dengan Magibung yang ada di Karangasem. Hanya saja ada sedikit perbedaan. Menurut Kelian Banjar Pakraman Batununggul I Dewa Ketut Anom Astika, tradisi Nyadegang ini dilaksanakan menjelang upacara Ida Bhatara Pelawatan Barong dan Randa nyejer selama 4 hari tepatnya pada rahina Purnama Sasih Kewulu.

“Krama dan sekaa teruna tumpah ruah menggelar tradisi ini. Menyiapkan dan menikmati bersama-sama sajian yang dihidangkan dalam tradisi ini,” paparnya Rabu (31/1).

Ditambahkan oleh tokoh masyarakat setempat, I Dewa Ketut Suarya, tradisi Nyadegang sejauh ini memang tidak seterkenal Magibung di Karangasem. Kendatipun tradisi ini memiliki banyak kesamaan, hanya saja yang membuatnya berbeda adalah dari cara menyajikan dan jumlah peserta.

“Kalau di Karangasem umumnya pesertanya berjumlah 8 orang, tempat makanan menggunakan dulang, dan lauk pauk disajikan tahap demi tahap,” lanjutnya.

Ia menambahkan, Nyadegang berarti duduk secara bersama-sama menikmati hidangan yang disajikan sebagai ungkapan terima kasih atas karunia Tuhan yang sudah berikan. Tradisi ini juga bisa digelar saat acara adat Pelebon, Pawiwahan, Ngotonin dan lainya.

“Dan untuk menggiring pemuda agar bangga dengan tradisinya, maka kita melibatkan mereka langsung dalam tradisi tersebut, memberi dia tanggung jawab mengerjakan step by step acara tersebut,” sambung Suarya.

Menurutnya, selain untuk tetap melestarikan tradisi yang ada, kegiatan ini juga dapat memupuk rasa kebersamaan di antara anggota krama dan pemuda karena kegiatan yang bersifat tradisi biasanya membutuhkan orang banyak untuk mengerjakannya.

(bx/ras/yes/JPR) –sumber