Begini Makna dan Filosofis Segehan dalam Agama Hindu

BALI EXPRESS, DENPASAR – Setiap sarana upakara di Bali tentunya bukan sesuatu yang ada begitu saja. Tentu setiap komponen atau unsur yang digunakan selalu disertai dengan makna filosofisnya. Bagaimana sejatinya makna dari unsur yang terdapat pada Segehan?

Setiap unsur-unsur dari segehan sejatinya memiliki makna filosofi di dalamnya. Mulai dari penggunaan alas dari daun atau taledan kecil yang berisi tangkih di salah satu ujungnya. Taledan segi empat yang melambangkan arah mata angin. Nasi putih dua kepal, yang melambangkan rwa bhineda. Jahe, secara imiah memiliki sifat panas.

Semangat dibutuhkan oleh manusia, tapi tidak boleh emosional. Bawang, memiliki sifat dingin. Manusia harus menggunakan kepala yang dingin dalam berbuat, tapi tidak boleh bersifat dingin terhadap masalah-masalah sosial (cuek).

“Garam adalah sebuah bumbu yang memiliki PH-0, artinya bersifat netral, garam adalah sarana yang mujarab untuk menetralisasi berbagai energi yang merugikan manusia (tasik pinaka panelah sahananing ngaletehin),” ujar Ida Pedanda Gde Manara Putra Kekeran yang diwawancarai Bali Express (Jawa Pos Group) beberapa waktu lalu.

Selanjutnya, tepat di atasnya disusun canang genten. Tetabuhan arak, berem, tuak, berbagai jenis alkohol ini diyakini secara ilmiah sangat efektif dapat dipakai untuk membunuh berbagai kuman/bakteri yang merugikan. Oleh kedokteran dipakai untuk mensteril alat-alat kedokteran.

“Matabuh pada saat masegeh adalah agar semua bakteri, virus, kuman yang merugikan yang ada di sekitar tempat itu menjadi hilang dan mati,” tutup Ida Pedanda Gde Manara Putra Kekeran .

(bx/gus /yes/JPR) –sumber