Tri Guna

Tri Guna atau Triguna merupakan tiga dasar sifat manusia yang dengan komposisinya ideal akan dapat membuat orang jadi sukses sebagaimana disebutkan;

Tuhan-lah menjadi sumber pengendali tertinggi ketiga sifat tersebut sebagai Guna Awatara dalam wujud Tri Murti untuk menuntun umat manusia mengendalikan Tri Gunanya.

Kata Tri = tiga, dan Guna = tali. Jadi Tri Guna berarti tiga tali pengikat yaitu :
  1. Sattvam (satyam), sifat kebaikan yang membentuk karakter  manusia…
  2. Rajas, sifat nafsu manusia yang perlu dikendalikan…
  3. Tamas, sifat gelap perlu dimurnikan.

Ketiga tali ini disebutkan dalam kutipan blog , Tri Guna akan mengikat segala makhluk sehingga mereka akan betah tinggal di alam material.

Selain itu, juga disebutkan bahwa diri kita sendiri, alam semesta ini juga berada dalam pengaruh vibrasi energi kosmik yang juga memiliki sifat tri guna sehingga  manusia patut melaksanakan upacara Panca Yadnya,

dan ketika kita melakukan persembahan, vibrasi sattvam yang muncul dari persembahan mengurai vibrasi unsur rajas-tamas di alam.

Meningkatnya vibrasi unsur sattvam di alam akan memurnikan vibrasi kosmik alam sekitarnya.

Wrehaspati Tattwa 15 dalam makna pemujaan Tuhan sebagai Tri Murti juga disebutkan bahwa :
  • Pikiran yang ringan dan terang itu ciri orang sattwam.
  • Yang bergerak cepat itu ciri orang rajah namanya.
  • Yang berat dan gelap itu ciri orang yang tamah namanya”.

Kalau alam pikiran (citta) itu kuat dan seimbang dipengaruhi oleh Guna Sattwam dan Guna Rajah maka

  • Guna Sattwam itu membuat orang berniat baik
  • sedangkan Guna Rajah membuat orang nyata berbuat baik.
Karena itu Tri Guna yang komposisinya ideal itu akan dapat membuat orang jadi sukses. Hal ini nampaknya menjadi dasar mengapa leluhur umat Hindu di Bali membangun Pura Desa untuk memuja Dewa Brahma umumnya satu areal dengan Pura Puseh-nya untuk memuja Dewa Wisnu.
  • Hal itu dilakukan untuk memotivasi agar umat membangun eksistensi yang seimbang dan sinergis antara Guna Rajah dengan Guna Sattwam mendukung dinamika pikiran (manah).
  • Kalau Guna Sattwam dan Guna Rajah itu sama-sama kuat dalam diri umat mendukung gerak pikirannya maka tidak ada yang hanya berhenti berteori saja tanpa aksi apa-apa.
    • Sebaiknya tidak hanya kerja yang terlalu fragmatis tanpa dasar teori sebagai pengembangan nilai-nilai yang idealis dari suatu tattwa Agama. 
    • Teori dan praktek juga disebutkan tidak boleh dibuat berdikotomi.
Dalam kutipan kesimpulan dari artikel, “Pengaruh Triguna Terhadap Tingkat Sradha Dalam Pengembangan Budhi Pekerti”, dijelaskan bahwa :
***
  • Bila setiap orang dapat membina hubungan yang harmonis dengan Sang Maha Pencipta, Tuhan Yang Maha Esa dengan mengikuti segenap ajaran-Nya, maka sesungguhnya akan memancar kasih sayang kepada sesama manusia bahkan kepada segala mahluk hidup (sarvaprani hitangkara).
  • Setiap ajaran agama termasuk ritual sebagai salah satu perwujudan ajaran agama mengandung ajaran untuk membina hubungan yang harmonis antara sesama umat  manusia, mahluk hidup dan alam lingkungannya.
***
Sebagai tambahan juga disebutkan
  • Dalam upacara mekala-kalaan (mebeakala), Tri Guna ini disimbolkan dalam serabut kelapa yang berbelah tiga dengan Benang Tridatu yang dapat  mengisyaratkan kesucian.
  • Dalam Lontar Tutur Parakriya disebutkan pula bahwa dewanya Tri Guna ini juga yaitu :
    • Dewa Rudra sebagai rajah,
    • Dewa Sangkara sebagai tamah,
    • Mahadewa sebagai sattwam.

sumber