February 2017

Pemurtian, Hari Menjelang Kajeng Kliwon

Orang tua selalu mengatakan, jangan mengobral pembicaraan pada saat hari rerainan. Apalagi “Rerahinan Gede”. Lalu jangan sekali-kali berbicara yang cah cauh atau ngawur pada hari rerahinan seperti pemagpag kajeng kliwon, kajeng kliwon atau rerahinan lainnya. Sebab akan menimbulkan sesuatu yang tak baik seperti cekcok, pertengkaran ,dll. Lain cerita lagi, ada seseorang yang memiliki karakter dimana […]

Mebanten Saiban atau Ngejot merupakan suatu tradisi Hindu di Bali yang biasa dilakukan setiap hari setelah selesai memasak di pagi hari. Mesaiban / Mejotan juga disebut dengan Yadnya Sesa, merupakan yadnya yang paling sederhana sebagai realisasi Panca Yadnya yang dilaksana umat Hindu dalam kehidupan sehari-hari. Mesaiban / Mejotan biasanya dilakukan setelah selesai memasak atau sebelum menikmati makanan. Dan sebaiknya memang mesaiban […]

Melukat merupakan bagian dari pelaksaan upacara Manusa Yadnya, yang memiliki tujuan untuk membersihkan dan menyucikan pribadi secara lahir dan batin. Yang dibersihkan ialah hal negatif dan malapetaka yang diperoleh dari dosa-dosa baik berasal dari sisa perbuatan terdahulu atau Sancita Karmaphala maupun dari perbuatan hidup saat ini. Pengertian Melukat Melukat berasal dari kata “lukat” dalam Bahasa Kawi-Bali […]

Daksina merupakan tapakan dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa , dalam berbagai manifestasi-Nya dan juga merupakan perwujudan-Nya. Daksina mempunyai beberapa fungsi atau tujuan yaitu sebagai berikut: Permohonan kehadapan Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa agar Beliau berkenan melimpahkan wara nugrahaNya sehingga mendapat keselamatan. Sebagai persembahan atau tanda terima kasih yang dalam “Yadnya Patni”, disebutkan daksina selalu menyertai […]

Mengenai bentuk dan fungsi canang menurut pandangan ajaran Agama Hindu di Bali memiliki beberapa bentuk dan fungsi sesuai dengan kegiatan upacara yang dilaksanakan. Canang dapat dikatakan sebagai penjabaran dari bahasa Weda melalui simbol-simbolnya yaitu: Canang yang dialas dengan sebuah ceper, adalah sebagai simbul “Ardha Candra”, sedangkan canang yang dialasi dengan sebuah tamas kecil adalah sebagai […]

Dalam agama Hindu khususnya di Bali ada sebuah Mitologi tentang Bhutakala atau juga disebut Bhuta Kala / Buta Kala. Menurut Lontar Purwa Bhumi Kemulan dan Lontar Siwa Gama, Bhuta Kala berasal dari kata Bhuta, artinya sesuatu yang sudah ada dan Kala, artinya kekuatan atau energi. Ada pula yang menyebutkan kata Bhuta berasal dari suku “BHU” yang berarti menjadi, […]

Seringkali kita menemukan penggunaan benang pada beberapa upacara agama Hindu khususnya di Bali. Penggunaan benang sebagai simbol suci tali pengikat dalam proses kehidupan yang ada pada upacara yadnya dan tetandingan banten. Benang-Benang yang biasanya digunakan pada upacara yadnya ialah sebagai berikut : Benang Putih. yang biasanya digunakan saat otonan dan diikatkan pada pergelangan tangan sebagai simbol agar hati kita […]

Bagi seorang ayah, kehadiran seorang anak laki-laki adalah keistimewaan sendiri. Meskipun anak laki-laki atau perempuan sama saja. Tapi fenomena ini masih cukup berlaku di Indonesia, yang menganut patrilineal yang menganggap laki-laki adalah seorang pewaris keturunan  dari keluarga orang tuanya. Ketika pasangan suami istri memproses pembuatan anak maka perlu diperhatikan waktu – waktu yang dibenarkan atau […]

Sanggah Kemulan adalah sebuah pelinggih dengan rong tiga sebagai wujud penyatuan Sanghyang Triatma dengan sumber dan asal-Nya.  Sanghyang Triatma adalah tiga aspek dari atma itu sendiri , yaitu : Atman, jiwa dari setiap makhluk hidup Siwatman, Tuhan sebagai sumber dari jiwa tersebut. Paratma / Paramatman, asal segala yang ada ini dan kepadaNya pula segala yang ada ini akan […]