Spirit hidup manusia nusantara sejak jaman dahulu adalah keluhuran Budi Pekerti. Karena lebih menekankan pada Budi Pekerti Luhur, maka keyakinan ini sering disebut dengan “Agama Budi”.. Namun teman-teman tetangga sering menyebutnya “Agama Bhumi”. Karena dianggapnya keyakinan leluhur nusantara datangnya dari tradisi turun temurun para leluhur, bukan merupakan wahyu Tuhan. Keyakinan yang kebenarannya relatif dan tak dapat dipertanggungjawabkan. Keyakinan yang lebih pada hal kebendaan dan kemanusiaan serta keduniawian daripada sorga. Demikian tetangga menyebut.
Tapi apapun sebutannya, agama budi dalam sejarahnya telah menuntun manusia nusantara menuju kemuliaan, kebersamaan, beradaban, gotong-royong, tenggang rasa, kehalusan budi, dan kecerdasan pikiran. Agama budi -yang dijuluki agama bumi- memuliakan alam, memuliakan manusia, Leluhur, Batara, Dewa, dan Sanghyang Embang.
Agama budi yang menjadi anutan para leluhur nusantara sejak jaman dahulu telah membentuk manusia berbudi, berbakti, berperikemanusiaan, bermusyawarah, berkeadilan, berbudaya, berbhineka, dan kreatif. Agama Budi membentuk manusia nusantara “seutuhnya” yakni manusia nusantara yang hak-hak hidupnya terpenuhi baik secara duniawi maupun akhirat, manusia berbudi, berkepribadian dan memiliki jati diri.
Agama Budi lahir dari pemurnian spiritual manusia di dunia fana. Terbentuk melalui proses spiritual dari manusia – manusia nusantara yang tulus dan “putus” (lepas dari ikatan duniawi), yang mampu menyerap kemuliaan “wahyu alam” sebagai perpanjangan tangan Hyang Tunggal. Kebajikan yang diajarkan oleh “manusia – manusia paripurna” yang telah dapat menyatukan kekuatan Ibu Pertiwi dan Bapa Akasa. Menyatukan kekuatan Purusa Pradana, menyatukan kekuatan “Dunia” dan “Sunia” (akhirat), menyatukan kekuatan “Sekala Niskala” (nyata dan tak nyata). Menyatukan kekuatan “bhukti” (kebendaan) dan “mukti” (keimanan). Kekuatan Purusa Pradana menjadi Ardhanareswari sebagai kekuatan Sanghyang Tunggal. Darinya menjadi kekuatan Sanghyang Maha Wisesa yang memancarkan energi kosmis, menebar vibrasi kesucian, membangkitkan kecerdasan budi, yang pada akhirnya melahirkan “sujana” (kebijaksanaan).
Agama budi tak berharap – harap sorga atau mengelak – elak neraka. Ia mengalir terus mengikuti irama “karma” dan “samsara” (reinkarnasi). Berjalan tulus di jalur budi perkertinya yang damai di dunia, damai di hati dan damai di alam sunia untuk mencapai kemurnian Sang Atma dalam penyatuannya kepada Sang Hyang Jagatnata.
Agama Budi bisa hidup dimana saja, kapan saja dan bersama siapa saja. Sehingga ia diberi julukan oleh Sang Waktu sebagai Sanatana Dharma, kebenaran abadi. Kearifannya telah melahirkan “Sarjana Sujana” tanpa universitas, yakni insan – insan yang cerdik pandai penuh kebijaksanaan. Terbentuk oleh kemuliaan alam, serta kehalusan budi yang diajarkan oleh Ibu Pertiwi dan kekukuhan hati yang digembleng oleh Bapa Akasa. Itulah Agama Budi Nusantara, berpijak pada Budi Pekerti Leluhur Nusantara.
Semoga leluhur nusantara memberi tuntunan.
#AgamaBudiNusantara #NusantaraJaya #SanatanaDharma #BerguruKepadaAlam –sumber