Seda Raga disebutkan adalah suatu upacara yadnya yang merupakan rangkaian dari upacara mediksa untuk menjadi seorang Brahmana yang dapat memimpin suatu upacara pitra yadnya.
Tujuan dari upacara ini, dijelaskan :
- Untuk menghilangkan pengaruh buruk sad ripu.
- Mengetahui jalan ke nirwana / swah lokasehingga bila jadi Sulinggih, nanti bisa menuntun atma-atma yang diupacarai dalam prosesi upacara Pitra Yadnya dan juga bisa menasihati mereka, yang disebutkan pada lontar dengan istilah ngentas atma.
- Jadi seorang sulinggih, kalau belum melalui upacara seda raga ini, belum boleh muput (atau memimpin) sebuah upacara Pitra Yadnya.
Dalam sumber kutipan tersebut, juga diceritakan sesuai dengan pengalaman sendiri dari Bhagawan Dwija, nama – nama tempat perjalanan setelah mati adalah :
- Tegal penangsaran | area yang luas dan kering seperti padang pasir …
- Titi gonggang; (Titi Ugal Agil; Mrtya Loka)
- Hutan Pohon Kayu curiga; hutan dengan kayu berdaun keris ….
- Alang-alang reges, lapangan luas sepanjang mata memandang penuh rumput alang-alang, tetapi ketika dilewati berubah menjadi taji yang sangat tajam.
- Banjaran kembang yang dipenuhi bunga warna – warni dan para bidadari.
- Bale pengangen-angen, aula yang sangat luas sebagai tempat Bhatara Kawitan yang didampingi Sang Suratma.
Dan setelah menyembah Bhatara Kawitan, kemudian diseret lagi oleh Sang Dorakala, lalu dibuang ke sebuah jurang yang gelap, setelah melayang-layang beberapa saat, lalu samar-samar didengar suara Nabe dan kemudian menjadi bangkit kembali. Disebutkan pula, bahwa total perjalanan tersebut selama10 jam. |sumber